Seorang pemuda sedang duduk di sebuah kafe dan sedang menikmati secangkir coffee mocca. Sebuah buku tergeletak terbuka di depannya. Dia tampaknya membaca dengan raut wajah yang sangat serius. Sepertinya bahan bacaan yang penting. Dilihat dari jas almamater yang dikenakannya berikut celana panjang berwarna putih dan buku-buku yang dibawanya, bisa dipastikan bahwa dia adalah seorang anak kuliahan.
Dia kembali menghirup coffee mocca-nya. Tiba-tiba seorang pria dengan dandanan aneh yang menyerupai tokoh-tokoh di salah satu komik mendekat ke mejanya dan berkata, "Boleh aku duduk disini?"
Si pemuda hanya menggumam pelan. Tidak jelas apakah dia setuju atau tidak. Dia terlihat masih berkonsentrasi pada bacaannya.
"Thank you." jawab si pria berdandanan aneh itu.
Mereka terdiam lama sekali hingga si pria tersebut memulai pembicaraan, "Hmm, sepertinya serius sekali. Apakah akan ujian?"
Si pemuda hanya menggumam pelan sekali lagi.
"Hmm, tapi buku itu bukankah 'Shakespeare'?" tanya si pria lagi.
"Kuliah di jurusan Sastra?"
"Kuliah di jurusan Sastra?"
Si pemuda akhirnya memandang si pria. Dia yang sedari tadi tidak memperhatikan si pria, terkejut melihat wajahnya yang tampan di balik dandanannya yang aneh.
"Gabungan antara baju Benimaru dan celana Iori dalam KOF. Lalu, apakah itu sarung tangan Kyo? Dan bukankah model rambutmu sama seperti Shingo?" ucapnya cepat.
"Gabung yang agak aneh menurutku. Akan lebih bagus kalo memilih salah satu saja."
"Bagus sekali." ujar si pria sambil tersenyum manis. Namun senyumnya lenyap secepat angin berlalu.
"Akhirnya kita bisa bicara, Ren."
"Ada perlu apa?" dan si pemua tersadar, "Bagaimana kamu tahu namaku Ren?"
"Gabung yang agak aneh menurutku. Akan lebih bagus kalo memilih salah satu saja."
"Bagus sekali." ujar si pria sambil tersenyum manis. Namun senyumnya lenyap secepat angin berlalu.
"Akhirnya kita bisa bicara, Ren."
"Ada perlu apa?" dan si pemua tersadar, "Bagaimana kamu tahu namaku Ren?"
Si pria tidak menjawab pertanyaan Ren.
"Perkenalkan," dia mengambil sebuah kartu nama dari sakunya, "Aku Kyori Kusagami. Sales dari perusahaan Heavenly Tonight. Apa yang sangat kamu inginkan?"
"Sepertinya sales lepas." Ren tertawa sinis.
"Aku tidak tertarik."
"Sepertinya sales lepas." Ren tertawa sinis.
"Aku tidak tertarik."
Si sales menyodorkan kartu namanya kearah Ren.
"Aku tahu kau menginginkan seorang kekasih." katanya langsung.
"Kami dapat memberikannya." dia bersandar ke kursinya. Matanya tidak terbaca.
"Silakan cek website kami untuk keterangan yang lebih lanjut jika anda tertarik."
"Kami dapat memberikannya." dia bersandar ke kursinya. Matanya tidak terbaca.
"Silakan cek website kami untuk keterangan yang lebih lanjut jika anda tertarik."
Ren mengabaikannya dan kembali ke bukunya. Pria itu berdiri, "Terima kasih atas waktumu, Ren. Semoga kamu akan menyukai produk kami." dan kemudia ia langsung beranjak pergi.
Ren berusaha untuk memfokuskan pikirannya kembali ke bukunya. Namun pertemuannya dengan si sales gila itu menghancurkan konsentrasinya seperti es yang di letakkan di bawah sinar mentari. Ren mengambil kartu namanya dan membacanya.
Kyori Kusagami
Telah dibuka Heavenly Tonight Co. Ltd.
Untuk info lebih lanjut, cek
heavenly-tonight.com
Telah dibuka Heavenly Tonight Co. Ltd.
Untuk info lebih lanjut, cek
heavenly-tonight.com
Ren memegang kartu nama tersebut beberapa lama sebelum ia memutuskan untuk mengambilnya. Bagaimana pria itu bisa tahu namanya? Dan juga tahu jurusan akademiknya? Dan bahkan keinginannya yang paling gila, yaitu memiliki seorang kekasih?
*****
'Heavenly Tonight'
'click here to continue'
'click here to continue'
Ren mengarahkan mouse-nya ke huruf 'here' dan meng-click untuk mendownload halaman selanjutnya. Situs ini benar-benar ada, dan yang lebih herannya lagi, Ren tidak pernah mendengar adanya situs seperti ini dan bahkan perusahaan yang menyediakan kekasih bagi mereka yang memerlukannya. Pada awalnya Ren mengganggap bahwa hal itu adalah kegilaan sesaat si sales itu.
Halaman berikutnya telah selesai didownload...
'Terima kasih atas kepercayaan anda kepada kami. Sebagai pengunjung pertama, kami akan memberikan promosi khusus kepada anda. Silahkan isi kolom-kolom dibawah ini untuk menentukan KARAKTER, BENTUK WAJAH & TUBUH, MODEL RAMBUT dan kelengkapan lainnya dari BONEKA PROTOTYPE yang akam kami kirimkan kepada anda. Silakan mencoba selama 3 hari GRATIS. Kami tidak akan memungut biaya apapun untuk masa promosi 3 hari tersebut.'
'Karakter Bentuk Wajah Bentuk Tubuh Model Rambut'
Ren menatap halaman web tersebut dengan tidak percaya. Website ini benar-benar ada dan isinya benar-benar gila. Apa maksudnya boneka prototype? Apakah itu maksudnya boneka untuk mainan seksual? Apakah ada di jaman sekarang ini pembuatan boneka tersebut terserah keinginan si pembeli? Walaupun aneh dan mencurigakan, Ren tetap mengisi kolom-kolom 'Karakter, Bentuk Wajah, Bentuk Tubuh, dan Model Rambut' dengan isian yang menjadi kekasih idamannya. Lalu Ren meng-click 'submit' untuk menyatakan bahwa ia telah menyelesaikan kolom-kolom isian tersebut.
Di halaman website berikutnya, setelah selesai di download, terlihat wajah tampan seorang pemuda. Benar-benar tampan dan keseluruhannya, maksudnya tubuhnya benar-benar ukuran ideal seperti yang diimpikan Ren. Ren membaca tulisan dibawahnya.
'Inilah prototype yang akan kami kirimkan ke rumah anda sebagai kekasih anda untuk 3 hari promosi GRATIS kami. Apakah semuanya telah sesuai dengan keinginan anda?'
'back' 'continue
Ren menekan tombol 'continue'.
'Terima kasih atas pesanan anda. Prototype kami yang pertama ini, LOVER 1, akan sampai di rumah anda dengan kiriman kilat kami. Selamat mencoba dan bersenang-senang.'
Ren menatap website tersebut yang meng-off line secara otomatis. Masih ternganga tidak percaya, Ren terpaku di kursi komputernya selama beberapa saat sebelum tersadar bahwa mungkin ini adalah pekerjaan orang gila yang ingin website-nya dikunjungi. Tertawa perlahan, Ren beranjak ketempat tidurnya dan tidur.
*****
Ketokan di pintu membuat Ren terbangun esok paginya. Dengan keadaan setengah sadar Ren membuka pintu. Dua orang pria dengan pakaian aneh seperti si sales tersebut berdiri di depan pintunya dengan sebuah kotak setinggi 1,8 meter diantara mereka berdua.
"Ren?" tanya mereka berdua.
"Apartemen Lounge, FV Blok C-10?"
"Ya?" Ren menggosok kedua matanya.
"Mohon diterima kiriman ini."
"Apartemen Lounge, FV Blok C-10?"
"Ya?" Ren menggosok kedua matanya.
"Mohon diterima kiriman ini."
Kedua pria tersebut membawa kotak besar itu kedalam ruang tengah, meminta Ren menandatangani sebuah slip tanda terima barang dan meninggalkannya. Ren sendiri dengan keadaan setengah sadar-setengah mengantuk kembali memandang kotak besar tersebut. Terdapat tulisan 'HEAVENLY TONIGHT Co. Ltd' di bagian atas kotak tersebut. Ren teringat kembali apa yang dilakukannya semalam di website mereka.
"Mereka beneran ngirim nih?" tanya Ren kepada dirinya sendiri setengah tidak percaya.
Ren langsung membuka kotak tersebut. Benar-benar packing yang rapi. Sepertinya ini sesuatu yang berharga. Ren telah membuka kardus luarnya. Tampak sesuatu yang di bungkus kertas pembungkus semi-plasik dengan bentuk seperti peti mumi. Ren mengambil cutter dan memotongnya. Dan tiba-tiba saja sesuatu yang besar jatuh menimpanya dari dalam bungkusan tersebut. Ren terpekik pelan, ternyata sesosok manusia! Ren mendorongnya dari atas tubuhnya dan mundur menjauh. Nafasnya terengah. Kekagetan masih menguasai dirinya.
Dalam kekagetannya Ren menyadari bahwa sosok tersebut dalam keadaan telanjang. Bahkan dalam keadaan tidak sadar, sosok tersebut sangat sangat sempurna. Wajahnya setampan yang terlihat di halaman website semalam. Tubuhnya terpahat sangat rapi, gagah dan kekar seperti dewa Yunani. Bahunya lebar dan kuat, lengannya yang kekar, dadanya yang bidang dan berbulu halus, perutnya yang rata dengan six-pack-nya, kakinya yang kekar dan kuat, dan kejantanannya.. Benar-benar sempurna.
Ia mendekat perlahan ke arah sosok tersebut. Jelas bukan boneka. Ren memeriksa denyut nadi dan detak jantungnya, sambil berusaha mengabaikan kondisi sosok tersebut yang telanjang. Tidak ada denyut nadi ataupun detak jantung. Dan sosok ini juga dingin dan pucat.
Detik berikutnya Ren menahan nafasnya. Ini jelas mayat! Apa mereka membuang mayat hasil pembunuhan dengan cara begini? Handphonenya yang berbunyi tiba-tiba membuatnya terperanjat.
"Ha-halo?"
"Hi, Ren!" sapa suara si sales dari handphonenya.
"Terima kasih sudah berbelanja. Sudah terima boneka prototypenya?"
"Boneka prototype apanya!?" bentak Ren.
"Ngapain kalian kirim mayat ke rumahku!"
"Wei, Pelanggan pertama," si sales terdengar kesal.
"Jangan ngomong sembarangan ya. Baca donk buku petunjuknya." Lalu dia tertawa riang lagi.
"Anyway, selamat mencoba ya. Tiga hari lagi aku akan datang mengambil prototype-nya sambil mendengarkan komentarmu, hei Pelanggan pertama." teleponnya terputus.
"Hi, Ren!" sapa suara si sales dari handphonenya.
"Terima kasih sudah berbelanja. Sudah terima boneka prototypenya?"
"Boneka prototype apanya!?" bentak Ren.
"Ngapain kalian kirim mayat ke rumahku!"
"Wei, Pelanggan pertama," si sales terdengar kesal.
"Jangan ngomong sembarangan ya. Baca donk buku petunjuknya." Lalu dia tertawa riang lagi.
"Anyway, selamat mencoba ya. Tiga hari lagi aku akan datang mengambil prototype-nya sambil mendengarkan komentarmu, hei Pelanggan pertama." teleponnya terputus.
Ren masih terpaku tidak percaya. Mereka itu orang gila macam apa? Tapi mau tidak mau Ren mencari buku petunjuknya. Dan ternyata ada. Ren mencari-cari halaman demi halaman. Terbaca olehnya sub judul seperti 'Cara untuk bisa bercinta lebih dari 10x semalam bagi anda berdua', 'Cara untuk bercinta lebih HOT dan INTENS' sebelum akhirnya Ren menemukan 'Cara memulai'
Terpaku dan tidak percaya oleh apa yang dibacanya, Ren tidak bsia mengucapkan sepatah katapun. Lalu ia memandang sosok yang masih terbaring di lantai tersebut. Ren semakin mendekat, dan sekarang berada di atasnya. Dengan jantung yang berdetak lebih cepat, Ren menunduk memandangi wajah yang tertidur itu. Lalu lebih berfokus memandangi bibirnya yang sedikit terbuka.
Tertulis di buku petunjuk bahwa untuk mengaktifkan prototype ini, yang harus dilakukan olehnya adalah dengan memberikan sebuah ciuman yang 'panas', karena di dalam bibir prototype tersebut terdapat mesin reaksi yang akan langsung mengaktifkan prototype tersebut jika mendapat 'panas' dari si pembeli dan 'panas' tersebut akan langsung membuatnya menganggap si pencium adalah kekasihnya.
Dengan wajah yang panas, Ren semakin mendekatkan wajahnya ke wajah yang tertidur tersebut. Ia belum pernah melakukan hal ini, dan karena itulah Ren memiliki keinginan untuk memiliki seorang kekasih yang dapat mengajarkannya hal-hal seperti ini. Tapi untuk memulai sendiri? Karena itu, Ren membutuhkan keberanian yang besar. Jantungnya semakin berdetak cepat saat bibirnya semakin mendekati bibir si pangeran tidur ini.
Ren menyentuhkan bibirnya dengan gugup. Ia tidak pernah mencium sehingga tidak tahu caranya. Dia menjepit bibir bawah sang pangeran dan memberinya gigitan kecil. Beginilah salah satu cara mencium seperti yang pernah dibacanya dalam sebuah buku. Ren memiringkan kepalanya, dan memasukkan sedikit lidahnya diantara celah kedua bibir sang pangeran yang sedikit terbuka itu. Kepalanya serasa pusing.
Tanpa disadarinya, jantung sang pangeran mulai berdetak. Ujung jemarinya bergerak perlahan seperti seseorang yang sudah lama tertidur dan kemudian tersadar. Kedua matanya membuka, memandang wajah samar ren yang sedang menciumnya dengan mata tertutup. Kehangatan menyelimuti tubuhnya. Dia merasakan mulut dan lidah Ren pada dirinya sendiri.
Dan tanpa peringatan apapun, sang pangeran langsung bereaksi. Dia berguling dan langsung berada di atas Ren tanpa melepaskan ciumannya. Dia bahkan membalas ciuman Ren sekarang. Hangat, bahkan ciuman yang panas. Ren yang berada dibawahnya, dengan tubuh sang kekasih yang lebih berat daripadanya, tidak bisa bergerak. Atau bahkan tidak ingin bergerak karena ia mabuk oleh ciuman sang kekasih.
Tepat pada saat Ren merasakan ketegangan yang menyakitkan bangkit dalam dirinya, Ren langsung melepaskan diri dan mendorong sang kekasih menjauh. Nafas keduanya terengah-engah. Masih menatap sang kekasih dengan seluruh rasa ketidak percayaannya, Ren beringsut pelan, menuju dinding dan bersandar disana dengan kata 'astaga' yang tidak terucapkan.
"Pagi, Kekasih," sapa sang kekasih dengan senyuman yang lembut. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia tahu atau bahkan menyadari ketelanjangannya. Ia meregang tubuhnya untuk melemaskan dirinya. Ia menatap Ren dengan penuh minat, lalu merangkak mendekat.
Sang kekasih makin mendekat. Detak jantung Ren semakin cepat.
"Tu-tunggu!" serunya dengan seluruh suaranya yang tersisa. Sang kekasih berhenti tepat saat wajah mereka sudah beberapa senti lagi.
"Kenapa?" tanyanya dengan wajah keheranan yang polos.
"Bukankah aku adalah kekasihmu untuk 3 hari ke depan? Bukannya kita akan..
"Kenapa?" tanyanya dengan wajah keheranan yang polos.
"Bukankah aku adalah kekasihmu untuk 3 hari ke depan? Bukannya kita akan..
Ren menahannya pada bahunya saat dia akan bergerak mendekat
"Ti-tidak sekarang. Mungkin nanti." dan Ren menanyakan pertanyaan pertama yang terlintas di benaknya.
"Siapa namamu?
"Siapa namamu?
Sang kekasih duduk didepannya dengan wajah keheranan.
"Nama? Ng.." dia terlihat sedang berpikir keras.
"Tidak tahu." putusnya.
"Bukankah Ren sayang yang akan menamaiku?"
"Hah?" kata Ren bodoh.
"Eh, kalau begitu.." katanya kebingungan.
"Bagaimana kalau Sho?"
"Sho." balasnya pendek. Lalu, "Wah! Bagus sekali." sang kekasih langsung memeluk erat Ren.
"Makasih."
"Ok." kata Ren kikuk. Saat ia tersadar bahwa Sho masih telanjang, "Kita lihat ada baju yang muat untukmu, gak."
"Ok," kata Sho sepatuh anak anjing.
"Eh," ia tersadar.
"Kita tidak bercinta."
"Tidak." Ren merasa aneh, karena sepertinya ia mengendalikan Sho, si boneka prototype.
"Ok." Sho kembali menjadi sepatuh anak anjing.
"Tidak tahu." putusnya.
"Bukankah Ren sayang yang akan menamaiku?"
"Hah?" kata Ren bodoh.
"Eh, kalau begitu.." katanya kebingungan.
"Bagaimana kalau Sho?"
"Sho." balasnya pendek. Lalu, "Wah! Bagus sekali." sang kekasih langsung memeluk erat Ren.
"Makasih."
"Ok." kata Ren kikuk. Saat ia tersadar bahwa Sho masih telanjang, "Kita lihat ada baju yang muat untukmu, gak."
"Ok," kata Sho sepatuh anak anjing.
"Eh," ia tersadar.
"Kita tidak bercinta."
"Tidak." Ren merasa aneh, karena sepertinya ia mengendalikan Sho, si boneka prototype.
"Ok." Sho kembali menjadi sepatuh anak anjing.
Ren baru saja selesai mandi dan berpakaian saat kepala Sho muncul di pintu kamarnya.
"Ren sayang," sapanya lembut.
"Sarapan, yuk."
"Hah?" balasnya bodoh.
"Oh, ok."
"Sarapan, yuk."
"Hah?" balasnya bodoh.
"Oh, ok."
Mereka berdua duduk saling berhadapan. Ren menatap semua menu sarapan yang ada diatas meja.
"Ini kamu yang masak?" tanyanya tidak percaya saat melihat menu sarapan pagi lengkap yang tersedia diatas meja makan.
"Yup." Sho mengangkat bahu.
"Aku memasak dengan menggunakan bahan-bahan yang ada." katanya ringan
"Yup." Sho mengangkat bahu.
"Aku memasak dengan menggunakan bahan-bahan yang ada." katanya ringan
Ren menatap sekali lagi menu sarapannya pagi itu. Ren yang terbiasa menyantap Mi instan setiap paginya, merasa bahwa masakan lengkap untuk sarapan yang ada di depannya ini benar-benar 'wah'. Ren tidak pernah bisa memasak. Namun sang kekasih idamannya ini benar-benar ahli. Apa saja yang kira-kira Ren isikan kedalam kolom karakteristiknya selain ahli masak? Ren tidak begitu ingat.
"Aa.." Sho hendak menyuapkan makan paginya kearah Ren.
"Eh, Sho." Ren terlihat kikuk. Wajahnya membara.
"Tidak perlu seperti itu."
"Aa.." Sho tetap membandel. Senyum menawannya yang menjadi senjatanya kali ini.
"Eh, Sho." Ren terlihat kikuk. Wajahnya membara.
"Tidak perlu seperti itu."
"Aa.." Sho tetap membandel. Senyum menawannya yang menjadi senjatanya kali ini.
Ren menyerah. Dia membiarkan Sho menikmati makan pagi mereka dengan kemesraan yang sangat. Tidak, sebenarnya Ren juga menikmatinya. Ren tidak pernah merasa dimanja hingga seperti ini. Sho benar-benar kekasih idamannya!
"Bagaimana kalo kita jalan keluar?" tanya Sho setelah mereka selesai beres-beres sesudah sarapan.
"Gak mood nih." kata Ren lemah.
"Gak mood, ya." Sho termangu. Lalu dengan cepat ia membuka seluruh pakaiannya di depan Ren.
"Kalau begitu, bercinta yuk." katanya ceria.
"Sapa tau Ren jadi lebih mood."
"Ok, ok." Ren menyerah kalah.
"Kita jalan."
"Gak mood nih." kata Ren lemah.
"Gak mood, ya." Sho termangu. Lalu dengan cepat ia membuka seluruh pakaiannya di depan Ren.
"Kalau begitu, bercinta yuk." katanya ceria.
"Sapa tau Ren jadi lebih mood."
"Ok, ok." Ren menyerah kalah.
"Kita jalan."
Sepanjang jalan Ren di gandeng tangannya oleh Sho. Walau agak sedikit malu, biar bagaimanapun mereka kelihatan seperti Abang dan adik yang sangat akur. Banyak mata yang memperhatikan mereka, banyak mulut yang berbisik. Dalam hati Ren merasa sedikit tersanjung, Sho bukan saja idaman bagi setiap cewek yang melihatnya, tetapi mungkin saja bagi setiap cowok yang seperti Ren.
Mereka pergi ke taman bermain dan bermain sepuasnya seharian itu. Ren benar-benar merasa bahagia. Mungkin, walaupun hanya bisa memiliki Sho selama 3 hari, Ren tetap merasa bahagia. Sho benar-benar menyayanginya seperti mereka sudah menjalin hubungan yang sangat lama.
Keduanya terduduk di kursi taman sambil tertawa terengah-engah. Sepertinya mereka baru saja naik roller coaster. Sho menatap lekat Ren, tawanya yang renyah menjadi senyuman yang lembut.
"Pas waktu yang tadi itu seru juga ya, Sho?!" Ren yang masih tertawa menolehkan kepalanya. Ren langsung tertegun melihat reaksi Sho.
"Ren kelihatan senang sekali, ya?" kata Sho lembut.
"Eh, iya."
"Syukurlah."
"Ren kelihatan senang sekali, ya?" kata Sho lembut.
"Eh, iya."
"Syukurlah."
Ren menyandarkan dirinya ke dada Sho.
"Aku masih tidak mengerti, tapi aku senang Sho ada disini.
Sho merengkuhnya dengan erat.
"Ya, Sho juga senang bisa ketemu ama Ren." tangannya membelai rambut Ren.
*****
Sho terbaring di tempat tidurnya malam itu. Matanya menatap lekat langit-langit. Ren, ia benar-benar tidak mengerti. Bukankah dia dipesan untuk bercinta dengannya? Sho benar-benar tidak mengerti. Dia memandang cincin yang dipakainya di jari tengah tangan kanannya. Ren masih belum menyadarinya kalau Sho bisa tahu perasaan Ren melalui cincin ini. Permukaan rata yang berwarna putih pada cincin ini akan berubah warna seiring dengan perubahan perasaan Ren. Yang Sho mengerti adalah, kadang-kadang Ren merasa sedih disaat cincinnya berwarna hitam. Atau kadang-kadang marah dengan kenakalannya disaat warnanya menjadi biru. Atau senang saat warnanya menjadi kuning. Namun ada pada saat-saat tertentu cincin tersebut berubah warna menjadi warna yang tidak pernah dicantumkan artinya kedalam otaknya, pink.
Pintu kamar Sho terbuka dan Ren ada disana. Sho memandangnya sesaat sebelum mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk, "Ada apa?"
Ren terlihat malu-malu.
"Malam ini, boleh tidur bersama?" Lalu wajahnya memerah.
"Tapi bukan bercinta." kata Ren cepat-cepat.
"Tapi bukan bercinta." kata Ren cepat-cepat.
Sho tersenyum, lalu mengulurkan tangannya.
"Boleh."
Lalu Ren terbaring dalam dekapan Sho. Sho hangat, dan Ren merasakan kekuatan dalam Sho yang membuatnya merasa aman dan nyaman. Aroma Sho sangat menyegarkan, dan memikat hatinya. Apakah aku sudah jatuh cinta?
Namun belum sempat Ren menjawab pertanyaan tersebut, dirinya telah jatuh kealam mimpi. Dirinya membawa Sho kedalam mimpinya.
*****
Ren terbangun saat tengah malam. Mimpinya yang indah yang membuatnya terbangun. Sesuatu perasaan basah yang mungkin membangunkannya dari mimpinya. Tubuhnya masih terasa gemetar. Belum pernah ia bermimpi seperti itu. Sho dan dia, bercinta yang.. Benar-benar tidak terkatakan.
Ia memandang wajah yang tertidur disebelahnya. Terlihat damai sekali wajah Sho. Keinginannya bertarung dengan ketakutannya. Namun suatu keberanian membuatnya melaksanakan keinginannya. Ia mengalungkan kedua tangannya di leher Sho, dan langsung menempelkan bibirnya ke bibir Sho. Hangat, lembut dan penuh pesona. Dan seperti pada saat Sho mendapatkan tenaga pembangkitnya, ia membalas. Ren yang terkejut tidak dapat menghindar saat Sho langsung membuat mereka berganti posisi. Tubuhnya yang lebih besar menindih Ren sehingga Ren terperangkap. Kali ini dia tidak akan membiarkan Ren lari, apalagi setelah kali ini, Ren yang menginginkannya sendiri.
Pada akhirnya Ren menyerahkan dirinya kedalam pelukan Sho. Ia membiarkan dirinya dibuai oleh ciumannya, belaian tangannya, dan kehangatannya. Sekali lagi Ren merasakan ketegangan menyakitkan yang bangkit didalam dirinya. Sho yang juga merasakannya tertawa pelan. Ia membawa dirinya kesana, lalu mencintai bagian itu dengan seluruh jiwanya. Ia mendengar Ren mengerang. Sho memberikan desahan menenangkan.
Beberapa saat kemudian Sho kembali mencium Ren. Sementara Ren secara naluri mencari ketegangan Sho. Dengan penuh rasa ingin tahu. Kedua tangannya beristirahat disana, atau bahkan seakan tidak ingin melepaskannya.
"Sho?" panggil Ren lirih.
"Ya?"
"Astaga."
"Astaga?"
"Ya?"
"Astaga."
"Astaga?"
Ren tersenyum, "Kamu memang menakjubkan."
Sho tertawa pelan, "Bukankah seperti yang Ren inginkan?"
Sho tertawa pelan, "Bukankah seperti yang Ren inginkan?"
"A-ku.." Ren merasakan gejolak di dadanya.
"Ya?" Sho mendorongnya.
"Aku ingin Sho tetap disini."
"Aku disini sekarang." Sho berbisik di telinganya, lalu ia menggigitnya kecil.
"Aku akan tetap disini."
"Ya?" Sho mendorongnya.
"Aku ingin Sho tetap disini."
"Aku disini sekarang." Sho berbisik di telinganya, lalu ia menggigitnya kecil.
"Aku akan tetap disini."
Mereka kembali bercinta. Kedua tubuh itu menjadi satu. Dua menjadi satu. Saling mencumbu setiap bagian tubuh yang mungkin bisa dicapai oleh masing-masing dari mereka. Nafas yang seolah dipacu menuju sesuatu.
Sho menatap mata Ren dalam-dalam sebelum menciumnya lagi. Lidah bertemu dengan lidah. Saling membelit, membelai. Keduanya mengerang didalam tenggorokan mereka. Mereka berdua masih terbawa irama percintaan mereka. Lembut dan penuh pesona. Merasakan kekuatan mereka masing-masing. Dan sesaat kemudian, mereka terjebak dalam gelora keliaran naluri mereka sebelum akhirnya keduanya mencapai batas akhir, batas yang akhirnya terlampaui dengan kegilaan mereka yang memuncak, erangan yang lebih mengerikan dari binatang yang paling liar sekalipun.
Ren tertidur dalam dekapan Sho beberapa saat kemudian. Sho memeluknya dengan erat. Sho kembali memandangi permukaan putih cincinnya yang sekarang berwarna pink yang amat pekat dan cerah. Apa ini artinya?
*****
"Pagi, Ren sayang." sapaan hangat Sho, dan wajahnya yang tersenyum adalah hal pertama yang dilihat oleh Ren esok paginya
Dengan wajah yang sedikit memerah, Ren menyembunyikan wajahnya di dada Sho.
"Pagi." balasnya lirih.
"Um.." Ren merasakan getaran di tenggorokan Sho.
"Aku tidak melakukan sesuatu yang menyakitkan Ren, kan?"
"Um.." Ren merasakan getaran di tenggorokan Sho.
"Aku tidak melakukan sesuatu yang menyakitkan Ren, kan?"
Ren semakin membenamkan kepalanya ke dada Sho.
"Tidak."
"Syukurlah."
"Syukurlah."
Sho lalu menyandarkan dirinya dengan beralaskan beberapa bantal. Lalu ia membawa Ren yang masih tersipu malu kedalam pelukannya lagi. Entah perasaan apa ini. Sho sendiripun tidak mengerti. Ia merasakan sesuatu yang hangat didalam hatinya. Sepertinya saat ini hatinya terasa penuh oleh sesuatu yang tidak dimengerti oleh dirinya sendiri. Cincinnya masih berwarna pink pekat yang cerah.
"Sho senang bisa bertemu dengan Ren." Ren mengangguk di dadanya.
Sho mengangkat wajah Ren, membuat mata mereka bertatapan.
"Ren akan lebih manis kalo Ren ngga murung melulu."
"Eh.." Ren menjadi salah tingkah.http://celdamz.blogspot.com
"Senyumlah selalu, Ren. Bangkitkan keberanianmu"
"Eh.." Ren menjadi salah tingkah.http://celdamz.blogspot.com
"Senyumlah selalu, Ren. Bangkitkan keberanianmu"
Ren lalu memeluk Sho.
"Aku tidak ingin Sho pergi."
"Aku masih disini."
"Aku masih disini."
*****
Ren berjalan secepat mungkin untuk kembali ke apartemennya. Ia lupa bahwa ini sudah hari yang ketiga. Dan seperti yang disebutkan dalam promosi dari perusahaan tersebut, maka pada hari ketiga, Sho akan diambil kembali.
Sho akan pergi. Tidak. Jangan pergi secepat itu. Dan, Ren yang terlambat menyadarinya, bahwa ia telah jatuh cinta pada kekasih sempurnanya yang dipesannya lewat internet. Sungguh suatu kejadian yang amat lucu, jika dipikir.
Pintu apartemennya berdebam terbuka.
"Sho?" panggilnya. Tidak ada sahutan. Ren terus memanggil-manggil namanya dan mencari keseluruh bagian apartemen, namun Sho tidak ada disana. Ren menunggu dan terus mengunggu, namun Sho tidak pernah kembali lagi. Wajah Sho terbayang berulang kali dalam benaknya.
"Sho curang." Ren terisak.
"Pergi diam-diam."
"Pergi diam-diam."
Ucapan Sho yang terakhir kalinya terngiang di telinganya, "Senyumlah selalu, Ren. Bangkitkan keberanianmu". Apakah hanya ini yang didapatnya dari sosok seorang Sho? Kekasih sempurna impiannya?
Namun saat kedalaman makna ucapan Sho dimengerti oleh Ren, kepergian Sho yang seperti ini membuatnya merasakan sesuatu yang lebih baik dalam dirinya. Kekuatan dan keberaniannya bangkit. Ia mencoba untuk tersenyum saat mengatakan, "Makasih, Sho." dalam bisikan pelan.
TAMAT
No comments:
Post a Comment