Wednesday, 24 September 2008

Vegetarian Sebuah Solusi Pemanasan Global


(logger.com)

Pemanasan global akibat emisi karbondioksida mempunyai dampak serius terhadap kelangsungan hidup manusia. Berbagai pihak pun berpikir keras mencari pemecahannya. Siapa sangka, salah satunya adalah dengan menjalani diet vegetarian!

Ketua Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), Dr. Pachuari mengatakan bahwa manusia harus melakukan tindakan sesegera mungkin untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Ia pun mengungkapkan cara menghentikan perubahan iklim, yaitu berhenti makan daging dan beralih ke gaya hidup yang lebih hijau.

“Jangan makan daging, naiklah sepeda, dan jadilah konsumen yang hemat. Dengan begitu, Anda bisa membantu mengerem pemanasan global,” ujar Pachuari dalam konferensi IPCC, di Paris, Jumat (18/4).

Sebenarnya banyak cara yang bisa diaplikasikan untuk mengurangi emisi karbondioksida, seperti mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, menggunakan energi terbarukan seperti energi surya atau angin, mengurangi dan mendaur ulang barang-barang keperluan sehari-hari.

Juga mengendarai mobil berbahan bakar efisien atau menggunakan energi alternatif, serta menggunakan alat-alat elektronik yang hemat energi. Namun diet vegetarian diklaim cara yang paling efektif menghentikan pemanasan global.

Apa sebabnya? Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 2006 tentang peternakan dan lingkungan mengungkapkan bahwa hampir 20% emisi karbon berasal dari peternakan.

Jumlah itu melampaui jumlah emisi gabungan dari semua kendaraan di dunia. Ini berarti, sektor peternakan adalah satu dari dua atau tiga penyumbang terbesar bagi krisis lingkungan yang paling serius dalam setiap skala, mulai dari lokal hingga global.

Industri ternak menjadi penyebab utama pengrusakan lingkungan dan emisi gas rumah kaca karena menghasilkan gas karbondioksida terbesar. Sekaligus menjadi satu-satunya sumber emisi gas metana dan nitro oksida terbesar dengan 9% racun karbon dioksida, 65% nitrooksida, dan 37% gas metana.

Adapun metana menghasilkan gas rumah kaca 20 kali lebih besar dan nitrooksida 296 kali lebih banyak jauh di atas karbondioksida. Peternakan juga menimbulkan 64% amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.

Peternakan juga dituding menjadi penyebab utama dari kerusakan tanah dan polusi air. Saat ini peternakan menggunakan 30% lahan dari permukaan tanah di bumi. Selain itu juga menurunkan mutu tanah ladang pakan ternak, yaitu sekitar 20%, karena pemeliharaan ternak yang berlebihan, pemadatan, dan erosi.

Peternakan juga bertanggung jawab atas konsumsi dan polusi air yang sangat banyak. Di AS, sekitar 85% air irigasi dari sumber air bersih digunakan untuk menanam pakan ternak setiap tahunnya. Selain limbah biologi berlebihan bagi ekosistem yang dihasikan ternak.

Industri ternak juga memerlukan banyak energi untuk mengubah ternak menjadi daging siap konsumsi. Untuk memproduksi satu kilogram daging, misalnya, dihasilkan emisi karbon dioksida 36,4 kilo. Sementara bila dilihat dari bahan bakar yang digunakan, untuk mendapatkan 1 kalori protein kacang kedelai, memerlukan 2 kalori bahan bakar fosil dan 3 kalori bahan bakar untuk memperoleh 1 kalori jagung dan gandum. Jauh berbeda dengan 1 kalori protein daging sapi yang membutuhkan 54 kalori energi minyak tanah.

Dengan menggabungkan biaya energi, konsumsi air, penggunaan lahan, polusi lingkungan, kerusakan ekosistem, tidaklah mengherankan jika satu orang berdiet daging dapat memberi makan 15 orang berdiet tumbuh-tumbuhan atau lebih.

Penelitian dari Departemen Sains Geofisika Universitas Chicago tahun 2007, membuktikan adanya hubungan antara produksi makanan dan masalah lingkungan.

Peneliti Gidon Eshel dan Pamela Martin mengukur jumlah gas rumah kaca yang disebabkan oleh daging merah, ikan, unggas, susu, dan telur, serta membandingkannya dengan seorang yang berdiet sayuran.

Hasilnya, jika diet standar Amerika beralih ke diet tumbuh-tumbuhan, maka dapat mencegah satu setengah ton emisi gas rumah kaca ekstra per orang per tahun. Ini sama saja dengan beralih dari sedan standar Toyota Camry ke Toyota Prius hibrida yang dapat menghemat sekitar 1 ton emisi CO2.

Penganut vegetarian sebenarnya mempunyai beberapa kategori, yaitu lacto vegetarian yang masih mengonsumsi susu, selain bahan makanan nabati, ovo vegetarian yang masih makan telur dan lacto-ovo vegetarian yang masih mengasup telur dan susu.

Sementara diet vegetarian yang dimaksud untuk mengerem emisi global adalah vegan, yaitu tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari hewan sama sekali.

Penganut vegetarian mempunyai kadar Low Density Lipoprotein (LDL) rendah sehingga risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas, dan diabetes pun lebih kecil dibanding mereka yang biasa makan daging. Jadi, selain jauh dari risiko penyakit, emisi karbon dapat berkurang, bukan? [E1/I4]Jangan salah pilih baca berita pilihan.

No comments:

Post a Comment